Rabu, 10 Desember 2014

Borobudur


    Bisa dibilang objek wisata yang sempat masuk kedalam 7 keajaiban dunia ini sudah menjadi ikon dari Indonesia. Candi Borobudur yang merupakan hasil dari kebudayaan Indonesia dengan pengaruh agama Budha. Sekarang untuk memasuki kawasan ini dikenakan biaya Rp 30.000 untuk wisatawan domestik. Tempat ini sudah memiliki penataan yang sangat baik. Masuk kedalam kawasan ini harus mengenenakan selendang yang menandakan bahwa kita berada di kawasan religi.

                                       
    Dari pintu masuk sampai naik ke candinya cukup jauh jika berjalan kaki. Terdapat pula fasilitas kereta wisata yang dikenakan biaya Rp 5.000. Tetapi aku lebih memilih jalan kaki meskipun harus menempuh jarak yang lumayan jauh. Pepohonan yang rimbun menjadikan suasana menjadi nyaman dan teduh. Sampai dihadapan candinya ada beratus-ratus anak tangga untuk menuju puncaknya. 

    Konon katanya kalau kita bisa menaiki anak tangga tanpa berhenti dari atas sampai bawah dengan mengulang-ulang harapan kita maka apa yang kita harapkan itu akan terkabul. Sempat waktu pertama kali kesini aku mencobanya, itu tepat waktu kelas 3 SMP. Aku mencobanya dengan tekad bulat, belum saja sampai setengah anak tangga aku sudah kelelahan dan membatalkan niatku. Dari mitos ini aku dapat mengambil pelajaran bahwa dalam mencapai harapan diperlukan usaha yang maksimal.

    Tumpukan bebatuan yang berada dari ratusan tahun silam menjadikan bukti kehidupan di masa yang sudah lalu. Ukiran-ukiran kisah yang berada di dinding menjadi sebuah kisah melegenda akan cerita lelulur. Para ahli berlomba untuk mengartikan apa maksud dari gambar tersebut.

    Banyak dari patung-patung yang ada sudah tidak memiliki kepala. Beredar kabar bahwa banyak orang yang tidak bertanggung jawab mengambilnya untuk dijual kepada kolektor. Sangat disayangkan, bahwa aset budaya diperjualbelikan hanya untuk kepentingan pribadi. Tetapi ada juga kepala patung yang jatuh dan rusak akibat dari gempa meletusnya Gunung Merapi.

    Dari atas dapat terlihat bukit-bukit yang mengelilingi candi. Kalau cuaca sedang terang akan terlihat bukit-bukit yang terlihat seperti orang yang sedang tertidur. terlihat bentuk wajah dengan hidung mancung sampai dengan kakinya. Ini bukan khayalan ataupun sekedar ilusi tapi ini memang nyata kalau dilihat dengan teliti dan saksama.

                                               
    Banyak timbunan makna dari timbunan batu. Mereka meninggalkan jejak sejarah budaya agar manusia sekarang tidak meninggalkan ataupun melupakan asal muasalnya. Dahulu candi ini dibuat untuk memuja Sang Dewa dan sampai sekarang pun pemeluk agama Budha masih melakukannya. Terlihat jelas dengan acara tahunan yaitu saat waisak. 1000 lentera yang diterbangkan sebagai simbol harapan yang diterbangkan ke langit menuju para Sang Dewa. Acara ini mendapat apresiasi yang sangat besar dari para wisatawan. Setiap tahunnya saat waisak banyak orang yang datang berbondong-bondong untuk menyaksikan penerbangan 1000 lentera. Sekarang lentera itu pun bisa didapatkan para wisatawan untuk turut memeriahkan dengan harga sekitar Rp 50.000 per satuannya. Aku sendiri belum pernah mendapat kesempatan untuk datang pada saat waisak.

    Para pedagang tidak diperkenankan lagi untuk berjualan di dalam candi, mereka hanya diperbolehkan berjualan di taman. Terdapat pula kios-kios yang disediakan untuk para wisatawan belanja. Barang-barang yang diperjualbelikan beragam mulai dari pakaian dengan gambar candi borobudur, tas kulit, sendal, miniatur candi, gantungan kunci dan banyak lainnya. Harga yang ditawarkan pun bervariasi bergantung dengan bagaimana kita menawarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar