Jumat, 18 November 2016

Situs Megalith Gunung Padang

    Awal tahun 2016 aku bersama keluarga mendapat kesempatan untuk berlibur ke daerah Sukabumi mengunjungi keluarga. Selesai itu kami semua berkeinginan untuk mengunjungi sebuah wisata yang sedang ramai diperbicangkan.

    Melewati jalanan berkelak kelok sampai akhirnya kami sudah dekat dengan wisata tersebut. Tenang saja selama perjalanan sudah banyak bisa ditemui papan petunjuk jalan.

    Setelah memasuki gapura selamat datang kami langsung memarkirkan kendaraan dengan membayar Rp 5.000 untuk kendaraan mobil. Harga tiket masuk Rp 5000 per orang. Area parkir ini memiliki musholah dan juga toilet yang bersih. Di sisi lain terdapat pangkalan ojek yang memang ada untuk memudahkan pengunjung untuk menaiki Gunung Padang. Berhubung dari rombongan kami lebih banyak orang tua jadi kami menyewa ojek-ojek di sana. Rp 50.000 untuk perjalanan pulang-pergi ke Gunung Padang.
    Kenyataannya pun jalan yang dilewati motor tidak bagus, karena hujan yang tidak hentinya membasahi daerah ini. Belum lagi jalanan yang sempit dengan tanah yang becek membuat motor susah untuk dikendarai. Apa boleh buat di perjalanan yang memang tidak bisa dilintasi kami harus berjalan. Sangat mengerikan memang rute yang digunakan, ada kalanya kami melewati jembatan kayu, tanjakan yang terjal, turunan curam pun harus kami lewati.

    Kami langsung sampai di teras kelima, di sambut dengan banyaknya warung-warung milik warga lokal yang menjual gorengan, mie instan, banyak makanan dan minuman yang lainnya. Ada sebuah bangunan yang khusus digunakan sebagai tempat para pengunjung untuk menikmati suasana. Tidak diperbolehkan untuk makan atau pun merokok sembarangan di area ini.

    Pemandangan dari atas ini benar-benar menakjubkan, gunung-gunung terlihat jelas di depan serta hijaunya kebun teh dan juga hutan yang ada.

    Untuk mengetahui lebih banyak tentang Situs Megalith Gunung Padang kami ditemani oleh seorang bapak paruh baya salah satu penjaga situs ini bernama Pak Dadi. Beliau mengatakan bahwa situs ini diduga sudah ada pada saat kerjaan Prabu Siliwangi dan tempat ini diduga merupakan sebuah kerjaan. Kerajaan ini berbentuk punden berundak yang dibagi menjadi 5 tingkat.
    Pada tingkat kelima di teras kedua terdapat batu pandang yang yang dikatakan sebagai tempat bertapa dari Prabu Siliwangi. Batu yang terditi dari tempat duduk, tempat menaruh kedua tangan kiri dan kanan, dan tempat kaki untuk menapaki. Dari tempat inilah diyakini bahwa Prabu Siliwangi dapat memindahkan raganya ke tempat lain.

    Semua batuan yang terdapat di Gunung Padang memiliki 40% kadar besi. Bila batu tersebut tidak bersandar pada tanah akan menimbulkan suara saat dipukul.

    Ditemukan beberapa batu yang memiliki lubang dalam atau bisa disebut dengan batu congklak. Ada pula batu telapak macam, batu yang bentuknya seperti lingga dan yoni, batu telapak tangan manusia, dan banyak batu yang lainnya. Batu-batu ini memiliki filosofi tersendiri menurut keyakinan warga sekitar.

    Batu ini berbentuk kujang yang merupakan lambang pusaka Sunda yang memiliki arti kukuh karena janji. Terkandung pesan bahwa bila memiliki janji harus bisa ditepati agar bisa menjadi manusia yang unggul.

    Banyak pula ditemuakn bebatuan yang bersudut lima atau petagon. Batu yang menyimbolkan lumbung atau tempat penyimpanan yang berarti kesejahteraan. Sering digunakan untuk bertapa memohon untuk hidup yang sukses dan sejahtera.

    Tahun 1941, Belanda sudah menemukan tempat ini dan dicatat dalam temuan mereka. Penemuan ini karena niat awal Belanda ialah untuk menelusuri daerah-daerah sekitar yang mengandung emas sampai pada suatu saat mereka juga menemukan tempat ini.
    Pada tahun 1974-1975 warga sekitar menebang pohon-pohon besar yang ada mengelilingi tempat ini. Lalu tahun 1979 tempat ini dilaporkan oleh tiga warga sekitar yang memiliki pengaruh yaitu kepada pemerintah, setelahnya dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Baru sekitar tahun 1982-1983 tempat ini diresmikan oleh pemerintah sebagai cagar budaya.

    Di tingkat paling bawah kita akan menemukan batuan persegi yang diyakini sebagai sebuah panggung atau bisa disebut dengan balai. Tempat ini digunakan sebagai penyambutan para tamu yang akan dihibur oleh para penari. 

    Batu ini diyakini sebagai gamelan yang digunakan unuk mengiringi musik yang dimainkan bagi para tami di balai.

    Gunung Padang memang tempat yang cocok untuk dihabiskan bersama keluarga. Menikmati indahnya udara segar dari ketinggian sekitar 885mdpl. Belum lagi pemandangan yang ditawarkan didepan mata yang bisa mengantarkan kesejukkan.



    Pulangnya sebagian dari kami ada yang memutuskan untuk pulang melewati area depan. Menapaki tangga sebanyak 378 tingkat dengan jarak yang ditempuh 165 meter.

Aku sangat berterima kasih kepada Pak Dadi yang sudah berbagi cerita mengenai Gunung Padang. Menambah lagi wawasan tentang keberagaman negeri.
Mengingatkan kembali bahwa dibalik semua tempat ada cerita yang perlu digali.
Selamat menikmati kisah di perjalanan kalian!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar