Senin, 12 Juni 2017

Bukit Love

Senin, 15 Februari 2016 pada sore hari ketika kami sudah siap, kami diajak untuk berkeliling pulau Karimun Jawa masih menggunakan mobil pick up. Terlebih dahulu kami diajak untuk melihat kebangaan dari pulau ini yaitu sebuah bandara yang bisa jadi alternatif lain untuk sampai di tempat ini dengan waktu yang sangat singkat. Mengenai berapa harga aku kurang begitu mengetahuinya.

Perjalanan selanjutnya menuju dataran tinggi di pulau ini tempat untuk memandang keindahan Karimunjawa dari atas. Tempat berbukit-bukit ini memiliki banyak spot yang sudah dijadikan berdayakan untuk para wisatawan.

Kami berhenti di suatu bukit yang dinamakan Bukit Love, karena ada LOVE besar yang membelakangi pemandangan pantai. Naik ke bukit ini tidak dikenakan biaya.

Naik lagi lebih ke atas, terdapat spot lagi yang sudah dikenakan biaya untuk memasukinya. Harganya memang sangat terjangkau sebesar Rp10.000 dan sudah diberikan minuman. Tetapi karena kami sudah bersepakat dari awal untuk menghemat pengeluaran jadi kami tidak menambah lagi biaya untuk masuk ke objek-objek di luar rencana yang sudah kami buat.



Kami mengabadikan beberapa foto untuk menjadi kenangan akan sebuah bukit di Karimunjawa.
Oiya untuk kalian yang akan berkunjung tempat ini bisa dimasukan ke dalam list kalian lho, belum lagi makin ke sini sudah makin banyak spot-spot lucu yang sudah disediakan untuk para wisatawan.

Rabu, 07 Juni 2017

Perjalanan Menuju Karimunjawa

Hai, pada kesempatan ini aku akan menceritakan pengalamanku selama melakukan perjalanan bersama teman-teman ke Karimunjawa. Surga terpencil untuk para penikmat indahnya lautan di pesisir utara daerah Jawa Tengah.

Perjalanan ini menempuh waktu 5 hari 4 malam, kami berjumlah 13 orang. Tepat pada bulan Februari 2016, tahun lalu mulai dari hari Minggu, 14 Februari 2016 sampai hari Kamis, 18 Februari 2016. Kami tidak ikut paket wisata yang ditawarkan oleh banyak travel. Kami mencari sendiri infomasi mengenai penginapan dan wisata secara mandiri berdasarkan informasi yang didapat dari internet.

Kami menyebrang menggunakan kapal feri KMP Siginjai dari Pantai Kartini, Jepara. Sebelumnya kami menginap terlebih dahulu di penginapan sekitar pantai. Penyebrangan di Pantai Kartini hanya dilakukan setiap hari selang-seling tiap minggunya. Saran dari aku sebelum mengadakan perjalanan lebih dahulu simpan informasi-informasi terkini dari daerah yang kamu tuju agar kamu dapat mempersiapkan segala rencana.

Ini jadwal yang aku dapat dahulu dari internet, silakan kalian cek terlebih dahulu di  website remsi apakah sekarang sudah mengalami perubahan atau tidak. :)

Anggaran yang kami keluarkan tidak mencapai Rp600.000 per orang. Aku masih ada salinan catatan yang kami lakukan untuk ektimasi pengeluaran yang diperlukan selama perjalanan. Catatan ini bermulai dari hari Sabtu, 13 Februari 2016 sebab teman-temanku yang lain berangkat dari Jakarta.

Minggu, 14 Februari 2016 aku menghampiri teman-temanku yang telah sampai di Stasiun Poncol pada dini hari. Lalu kami menyewa angkot yang bersedia membawa kami ke Pantai Kartini. Perjalanan sekitar tiga jam, kami hanya berhenti sekali di tengah perjalanan untuk pergi ke kamar kecil dan membeli minuman segar. Sampai di penginapan sekitar Pantai Kartini siang hari lalu kami beristirahat di kamar, pada sore harinya kami membeli perlengkapan yang harus dibeli. Membeli sayur-mayur, mie instan, telur, dan banyak keperluan logistik lainnya. Memang untuk urusan makan kami mencukupinya sendiri.

Senin, 15 Februari 2016 setelah mencari sarapan kami langsung menuju loket tiket untuk penyebrangan, dulu dikenakan biaya Rp60.000 per orang. Setelahnya kami langsung masuk dan mencari tempat duduk yang nyaman untuk masing-masing.

 
Penyebrangan sekitar 4 jam dan untuk mengurangi rasa bosan kami berkeliling. Kami pergi menuju ke atas kapal, meskipun terik matahari sangat menyengat belum lagi dengan angin yang begitu kencang namun kami tetap ingin mengabadikannya.


Sampailah kami di pelabuhan kecil pulau Karimun Jawa. Ahya betapa senangnya aku menikmati pengalaman pertama ke tempat ini.

Begitu sampai, kami langsung di jemput oleh pihak penginapan menggunakan sebuah mobil pick up. Bagian ini menambah rasa senangnya tiap-tiap kami dengan pengalaman ini. Di penginapan kami langsung berbagi kamar untuk menaruh barang dan siap-siap untuk perjalanan hari ini. Untuk kegiatan-kegiatan kami selama di Karimunjawa akan aku ceritakan di postingan yang berikutnya supaya bisa menjadi referensi kamu yang ingin pergi ke sana.

Senin, 05 Juni 2017

Kue Rangi

Pasti masih ada orang yang belum pernah mencoba atau bahkan belum pernah sama sekali mendengar salah satu jajanan khas Betawi ini. Entah apa penyebabnya kue rangi ini kurang populer di masyarakat sekarang.

Bentuknya seperti ini, kue ini berwarna putih memanjang dan di atasnya berlumuran gula merah kental. Kue ini sudah menjadi jajanan wajib untukku dari semenjak masih bersegaram. Kebetulan pada jaman itu masih banyak yang menjual dan biasanya sudah siap dengan gerobaknya di depan sekolah.
Beruntungnya rumahku berada di pinggir jalan besar, ini yang membuatku sampai sekarang masih bisa menemui penjual kue rangi. Sayangnya, semakin ke sini penjualnya semakin sedikit. Sekitar pukul 12.00 aku pasti sudah celingak-celinguk depan rumah untuk menanti Bapak penjualnya karna Bapak penjualnya tidak mempunyai bunyi atau suara khas yang bisa diketahui kalau sedang lewat.

Gerobak sederhana dengan dua cetakan kue, semua bahan-bahan dimasukan rapi di laci yang ada di gerobak. Bapak penjualnya bersih semua peralatan terlihat bersih dan terawat.
Pertama kali, adonan tepung sagu dengan campuran kepala akan dipanggang di atas cetakan. Lalu ditutup cukup lama, prosesnya memang cukup banyak memakan waktu.

 
Setelahnya baru akan diolesi dengan gula merah kental, seperti selai kemudian ditutup sebentar dan kue siap saji. Kue masih panas ketika berada di tangan pembeli. Ah, rasanya sangat legit dan manis.

Penjualnya masih menggunakan tungku dengan kayu bakar dalam proses memasaknya, masih sangat tradisional. Satu loyang kue rangi seharga 2.500, sangat murah di jaman sekarang. Sekali mencoba pasti akan ketagihan.
Selamat berburu kue rangi~


Jumat, 02 Juni 2017

Dunia Fantasi

Setelah sekian lama tidak lagi berbagi pengalaman diakibatkan kesibukan berpindah kembali ke Ibu Kota, alhasil menganggu jadwal tetap untuk mengisi cerita di blog.
Maka dari itu di awal bulan keenam ini aku kembali untuk berbagi~

Pengalaman keduaku berada di Dunia Fantasi, terakhir kali itu sudah sekitar sepuluh tahun yang lalu. Sudah lama sekali memang.
Kali ini saya masuk dengan megikuti harga khusus untuk pengguna sepeda motor berlaku dari 01 Mei sampai 23 Juni 2017. Bisa di cek sendiri di website resmi Taman Impian Jaya Ancol.
Harga tiket masuk menjadi Rp100.000 dari harga asal Rp295.000 dengan membawa satu fotocopy STNK dan menunjukkan aslinya, berlaku untuk dua orang.

Pada hari Rabu, 24 Mei kemarin aku berserta sepupuku mengunjungi Dufan, kami sudah sampai sebelum pintu masuk di buka. Begitu sampai kami langsung mengantri di loket pembelian, hari itu ramai sekali pengunjung yang datang. Persis jam 10 pintu masuk sudah dibuka, hanya saja setelah sampai di dalam banyak wahana yang belum siap untuk melayani.

Di dekat pintu masuk, kami disambut oleh badut khas Dufan dan diiringi lagu mars yang selalu diputar berulang-ulang sampai tidak sadar pengunjung akan melantunkannya hehe

Pertama kali kami naik ke wahana poci-poci sembari menunggu wahana yang lain siap. Kedua, kami menaiki salah satu wahana ekstrim yaitu kicir-kicir. Ketiga kami menaiki ontang-anting. Sangat menyenangkan memang, menikmati suasana di mana adrenalin dipacu. Meninggalkan semua kepenatan dalam teriakan selepas-lepasnya.

Wahana selanjutnya ialah halilintar, mengantri untuk wahana ini menghabiskan waktu sekitar dua jam setengah. Ahya, sampai bosan sekali berdiri mengantri menunggu giliran. Tak sampai lima menit permainan sudah selesasi, memang sensasinya sungguh menenangkan dan bahkan lebih lama hilang dari pada menunggunya
Arum jeram wahana yang bsia dipastikan akan membuat para pengunjung basah kuyup. Sensasi benar-benar berada di sungai sebuah pedalaman. Bermain dengan arus air deras yang mengombang-ambingkan perahu karet yang kita tumpangi. Berbagi tawa dengan teman dalam satu perahu melihat mereka terguyur air dengan wajah pasrah.

 Malamnya, jangan lupa menikmati lampu-lampu indah yang disediakan. Biarkan kenangan berpijar dalam terangnya lampu-lampu.

Jangan lupa bersenang-senang!

Jumat, 03 Februari 2017

Makam Syekh Siti Jenar

 
Desa Balong kecamatan Kembang kabupaten Jepara, Jawa Tengah terdapat sebuah situs bersejarah, yaitu makam Syekh Siti Jenar. Ketika sudah memasuki desa Balong dan sampai di lapangan yang luas, di sana terdapat petunjuk arah yang akan memberikan arah yang tentang keberadaan makam ini. 

Memang jalan yang dilalui lumayan berliku-liku dari petunjuk arah besar yang ada di lapangan tadi. Pengunjung yang baru pertama kali lebih baik bertanya lebih dahulu kepada warga setempat. Makam Syekh Siti Jenar sendiri berada di ujung desa, di balik pepohonan yang rimbun.

Situs ini telah diresmikan oleh Kementrian Agama Jawa Tengah sejak tahun 2014. Ada tulisan menarik yang berada di spanduk; jiwa suci dan tenang jauh lebih berharga dari harta sebanyak apa pun, peliharalah kesucian dan ketenangan jiwa.

Terdapat juru kunci yang menjaga makam, Bapak ini pula yang memang kunci untuk akses ke dalam. Sayangnya sewaktu berkunjung saya dan teman-teman tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan Bapak Juru Kunci. Karna Bapak menggunakan Bahasa Jawa Kromo dan kami tidak ada yang menguasai sama sekali. Bersama Bapak kami diajak untuk berdoa dan setelah kami selesai datang peziarah lain.

"Cerita mengenai Syekh Siti Jenar masih menuai banyak kontroversi. Akan tetapi di desa Balong terdapat cerita legenda tersendiri mengenai keberadaan Syekh Siti Jenar. Syekh Siti Jenar adalah salah seorang wali yang hidup pada masa Wali Sanga.  Diceritakan,  Syekh Siti Jenar adalah seorang musafir yang berasal dari Arab.  Ketika sedang melakukan pelayaran, perahu yang ia tumpangi bersama murid-muridnya mengalami kebocoran di tengah lautan. Karena tidak memungkinkan untuk diteruskan perjalanan, ia kemudian mencari daratan untuk menepikan kapalnya. Sampailah Syekh Siti Jenar di sebuah desa. Desa yang ia kunjungi adalah desa Balong. Di desa Balong ini Syekh Siti Jenar lalu mengeruk secangkup tanah untuk digunakan sebagai penambal perahu yang bocor. Bekas kerukan tanah Syekh Siti Jenar itu kemudian menjadi sendang, bernama “Bilik Waden” atau “Sendang Waden”  yang berarti Sendang rahasia. Sendang ini masih ada sampai sekarang yang lokasinya ada di desa Balong. Selain peninggalan berupa Sendang, di Balong juga terdapat sebuah lokasi yang disinyalir makam atau petilasan Syekh Siti Jenar. Masih menjadi pertanyaan mengenai makam dan petilasan Syekh Siti Jenar ini. Karena cerita legenda yang serupa juga ditemukan di berbagai daerah di Indonesia."

Tulisan yang berada dalam tanda petik di atas ini merupakan tulisan dari teman saya bernama Izul Adib. Ia menulis ini berdasarkan wawancara langsung dengan pemuka desa Balong untuk penelitiannya.

Rabu, 01 Februari 2017

Bakmi Cak Jono

Ini merupakan salah satu kedai makan favorit di daerah Banyumanik, Semarang tepatnya di jalan Karang Reji Raya 52. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau dibawah harga Rp 15.000 dengan porsi yang sangat besar. Biasa buka dari sore hari hingga malam.

Menu dari kedai makan bakmi ayam Surabaya "Cak Jono" dari banyak menu yang paling favorit ialah kwetiau. Satu piring sangat banyak dengan tambahan kerupuk.

Sayangnya di tempat ini tidak dapat meminta rasa masakan jadi pedas, hanya akan disediakan saos dan cabe rawit.

Sabtu, 17 Desember 2016

Benteng Portugis

 
Terletak di desa Banyumanis kecamatan Donorejo, ini merupakan gambar pintu masuk dari kawasan Benteng Portugis. Perjalanan menuju tempat ini cukup jauh paling ujung timur dari kota Jepara. Jalanan yang akan dilalui tidak bagus, banyak yang berlubang belum lagi padatnya kendaraan-kendaraan besar yang melintas. Dikenakan biaya sebesar Rp5.000 per orang untuk masuk ke dalam dan dibuka dari jam 06.00 sampai 18.00 WIB.

Gambar di atas merupakan tempat yang terdapat di atas bukit, benteng ini hanya tinggal reruntuhannya saja. Pada sisi utara dan timur terdapat replika dari meriam seperti yang dilakukan bangsa Portugis sewaktu menduduki tempat ini. Pemandangan yang ditawarkan dari atas bukit sungguh indah, dapat terlihat dengan jelas laut lepas dan samudra yang luas.


Sampai di bawah, kita dapat langsung menikmati deburan ombak di pinggir pantai. Tempat ini lumayan bersih. Hanya saja memang airnya berwarna keruh dan pasir yang bercampur dengan tanah sehingga berwarna gelap.

Sepanjang pinggir pantai terdapat kios-kios makanan ringan hingga hidangan laut dan juga beraneka ragam oleh-oleh. Harga yang ditawarkan terjangkau. Banyak pula saung-saung yang diperuntukan bagi para pengunjung untuk bersantai menikmati angin laut yang berhembus.

Bila sedang berada di tempat ini disarankan untuk memakai topi karna pada tengah hari matahari terasa begitu sangat dekat. Gunakanlah alas kaki yang nyaman karna perjalanan selama di kawasan ini naik turun bukit.

Rabu, 30 November 2016

Kedung Ombo


     Terdapat air terjun tersembunyi di kecamatan Bangsri, Jepara akses yang harus ditempuh pun cukup ekstrim. Lihat saja di foto yang berada di paling atas, kurang lebih seperti itulah perjalanan yang harus dilalui untuk mencapai tempat ini. Hanya akan ditemui jalanan sempit turun dan menanjak yang hanya cukup untuk satu motor. Kita juga perlu menyebrang anak sungai kecil di tengah perjalanan.
 
     Perjalanan yang cukup menyeramkan dan menegangkan ini akan terbayar dengan air terjun yang ditemui di tempat ini. Air terjun yang tidak begitu tinggi tetapi aliran airnya sangat deras. Paling menakjubkan itu ketika melihat anak-anak tangga dari batu alam di sini, benar-benar sangat indah.

      Ketika menaiki batu-batu ini diperlukan kehati-hatian yang tinggi sebab bebatuan di sini amat licin, bisa-bisa bila tidak waspada kita bisa terjatuh. Air yang mengalir sangat dingin dan menyegarkan. Coba saja ada tempat untuk berganti baju pasti aku sudah akan bermain air di sini.



    Tempat ini tergolong masih alami dan memang belum dijadikan objek wisata oleh pemerintah, hanya para warga sekitar yang mengetahui tempat ini. Sangat disarankan untuk ke tempat ini pada waktu terang, mengingat di sini sama sekali belum ada penerangan. Apalagi perjalanan ke tempat ini juga sangat ekstrim.
    Katanya, bila kita berjalan lagi terdapat air terjun lain tetapi kami memutuskan untuk tidak melanjutkannya karena hari sudah mau gelap.

Jumat, 25 November 2016

Lemah Abang

    Desa Balong letaknya 7 km dari kantor kecamatan Kembang, desa ini dikelilingi oleh hutan karet milik PTPN. Tak banyak yang tau bahwa desa ini memiliki sebuah pantai tersembunyi yang sangat mempesona.

    Belum ada banyak petunjuk untuk bisa mencapai pantai, berhubung aku sedang mengabdi di desa ini Pak Inggih (sebutan untuk petinggi desa) mengajak aku dan tim untuk menikmati suasana pagi dari pantai. Kami menyusuri jalan setapak di tengah-tengah hutan, susah sekali untuk menghapal jalannya karena kiri dan kanan sisi jalan yang dilihat hanya pohon karet. Sampai di ujung pohon karet, kami bisa langsung melihat garis pantai dibalik sawah. Lalu setelahnya kami harus berjalan menusuri sawah terlebih dahulu sampai akhirnya bisa berada di pantai.
    Penduduk sekitar menamai pantai ini dengan Lemah Abang, karena tebing yang mengelilingi pantai ini berwarna merah. Benar-benar indah. Deburan ombak yang lumayan pasang membawa aroma asin yang menenangkan.

    Tempat ini masih sungguh belum terjamah oleh banyak orang, aku pun bisa sepuasnya berlari menelusuri pesisir pantai. Meskipun air di pantai ini berwarna coklat dan juga pasir berwarna kehitaman.
     Saat berada di sana ombak sedang pasang sehingga kami harus menelusuri sisi yang lebih jauh dengan berjalan di pinggir tebing. Perlu kehati-hatian yang lebih agar tidak jatuh tapi ini membuat kesenangan pribadi untuk kami yang sedang menikmati alam.

Rabu, 23 November 2016

Songgo Langit

    Tahun lalu ketika aku sedang menjalani salah satu program kampus, yaitu kuliah kerja nyata atau yang biasa sering disebut dengan KKN. Aku berkesempatan untuk mengabdi selama 35 hari di salah satu desa kecamatan Kembanag, Jepara. Di sela-sela jadwal yang sudah aku dan tim buat kami tak lupa untuk menyempatkan waktu untuk explore wisata alam yang terdapat di sekitar.
    Salah satunya ini, air terjun Songgo Langit di desa Bucu masih kecamatan Kembang, Jepara. Akses yang ditempuh mudah karena petunjuk jalan sudah banyak. Wisata ini pun sudah terkenal di Jepara.

    Sayangnya sewaktu kami berkunjung aliran air sedang sedikit, memang bulan pertengahan itu sedang musim kemarau. Menurut penjaga loket aliran air yang biasanya dialirkan sedang dialihkan untuk persawahan warga. Harga tiket masuk sangat terjangkau, pengunjung hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 2.000.
 
    Banyak bebatuan yang ada di sekitar tempat ini, sehingga pengunjung perlu berhati-hati untuk melewatinya. 

    Di saat debit air sedang memenuhi kolam di bawah, tetapi terdapat larangan untuk mandi. Aliran air dari atas sangat deras dan besar ini yang menjadi alasan utama sehingga demi keselamatan lebih baik untuk mengikuti peraturan tersebut.


Wisata alam memang menjadi tempat yang pas untuk bersenang-senang, meskipun kali ini kami tidak mendapatkan aliran air yang deras dari air terjun. Kami sangat menikmati saat-saat seperti ini.