Sabtu, 22 November 2014

Pondok Kopi

    Perjalanan kali ini bercerita tentang aku yang sudah beberapa kali ke Pondok Kopi, Umbul Sidomukti. Berada tepat di kaki gunung Ungaran, terampit oleh vila-vila kecil bernuansa Eropa. Terhitung sudah tiga kali bersama orang-orang yang berbeda dengan suasana yang beda pula.
Pondok Kopi
    Pertama kali aku pergi kesana bersama dengan kedua kakak seniorku. Kami sepakat ingin menikmati akhir pekan dengan nuansa dinginnya pengunungan. Kami memantapkan kaki pergi menuju salah satu tempat makan di Umbul. Tempat ini berada tidak jauh dari Objek Wisata Kolam Renang Umbul. Naik lagi keatas sekitar 15 menit. Motor yang kami naiki dengan susah payah berhasil melewati tanjakan terjal.
    Ketika kami sampai, terlihat sudah ramai dengan pengunjung. Kami mendapati tempat yang berada diluar ruangan meskipun masih berada dalam bangunan utama. Aku menyukainya karna dari sini bisa dengan bebas memandang tanpa ada penghalang.
    Seperti sebuah lukisan terlihat pemandangan kota di kejauhan yang terlihat hanya kotak kecil-kecil serta garis lurus jalanan. Hamparan hijau bukit-bukit dan juga pepohonan, serta birunya langit diselingi awan-awan putih.

Hamparan pemenadangan
    Menu yang ditawarkan disini tidak ada yang istimewa; roti bakar, pisang bakar, mie, nasi goreng, kopi, teh, jus, susu,... Tidak ada yang khas. Dari rasa juga biasa saja tetapi harganya lumayan jauh berbeda dari yang biasa. Aku simpulkan bahwa tempat ini hanya menawarkan pemandangannya saja.

    Secangkir kopi hangat dan roti bakar coklat aku pilih untuk menemaniku. Menghangatkan suasana dengan saling bertukar cerita, diselingi tingkah konyol membuat tertawa riang, berbincang mengenai banyak hal.
secangkir kopi hangat
    Menjelang sore kabut mulai turun, disertai dengan angin kencang. Tak beberapa lama kami bergegas untuk pulang. Takut-takut kalo nanti semakin lama disini kabut akan semakin tebal menghalangi pandang.

    Kedua kalinya aku kesini bersama dengan teman-teman dekatku di satu jurusan. Awalnya kami ingin bertamasya ke arah tepi lautan tetapi sebelum berangkat kami malah berubah haluan. Ada yang berbeda dari Pondok Kopi, bangunannya ditambah menjadi 2 lantai. Selebihnya semua sama. Kami memilih tempat duduk yang berada di luar bangunan. Beratap pepohonan dan beralaskan rumput. Nyaman, serasa berinteraksi langsung dengan alam.

    Ada penambahan pemandangan pula di langit. Ada beberapa orang yang menaiki paralayang. Paralayang termasuk olahraga di udara, terbang bersama angin. Aku terkesima melihatnya. Aku membayangkan menjadi orang yang berada di atas sana, pasti rasa takjub bercampur takut menjadi satu. Ingin rasanya benar-benar mencoba paralayang. Agh, tapi nyaliku langsung ciut ketika harus berhadapan dengan ketinggian yang berada jauh dari tanah secara langsung seperti itu. Aku tidak fobia terhadap ketinggian, hanya saja untuk paralayang itu sudah masalah yang lain.....

paralayang
    Ketiga kalinya bersama dengan teman-temanku dari satu organisasi di kampus. Tujuannya kali ini menemani teman yang ingin ke Pondok Kopi. Tapi berbeda dengan sebelum-sebelumnya, kami pergi pada malam hari ketika langit sudah gelap. Untungnya perjalanan kali ini ramai, jumlah kami ada sampai 6 orang. Terkendala dengan motor kami yang tidak kuat menanjak akhirnya harus pelan-pelan menuju ke atas. Kami memilih duduk di lantai 2. Meskipun masih berada dalam bangunan tetap saja dinginnya menusuk hingga ke tulang. Kemajuan tempat ini dibuka sampai hingga subuh sekitar pukul 02.00 WIB.

    Sensasi yang sangat berbeda dengan siang hari. Kilau bintang dan kerlap lampu-lampu menjadi sama seakan-akan tak ada batasan antara langit dan tanah. Suasana malam yang sunyi dengan nyanyian nyaring para binatang malam. Luar biasa!
bintang dan lampu

Resapi tiap detail perubahan yang terjadi di sekitar, ini akan membuat kita akan lebih banyak bersyukur!
Selamat menikmati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar