Sekitar bulan Agustus kemarin aku bersama
dengan seorang teman berencana untuk bertamasya ke Goa Kreo. Kami yang
sama-sama buta akan kota Semarang tetap pergi dengan bermodalkan Google Maps. Di tengah perjalanan ada tiang petunjuk wisata berwarna coklat berada di pinggir jalan tetapi itu tidak membantu untuk bisa mencapai ke tempat wisatanya. Itu dibuat seakan hanya untuk formalitas. Kami memang sampai di
tempat tujuan, meskipun sempat nyasar dan bertanya kepada penduduk sekitar. Memang kita bisa dimabukkan dengan kecanggihan teknologi tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kita masih akan menggunakan cara-cara lama.
Pertama kali kami sampai bukan di pintu utama
jalan masuk Goa Kreo tetapi kami masuk dari pintu masuk waduk Jatibarang. Meski
di depan gerbang pintunya bertuliskan “Selain karyawan dilarang masuk!” kami
tetap mendekati. Terlihat ada seorang penjaga yang kebetulan berbaik hati
memperbolehkan kami masuk melewatinya.
Jalan dari pintu masuk karyawan menuju Goa Kreo |
Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang ini berada di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Kami takjub melihat keindahan dari kawasan
ini, dengan waduk yang besar dan ditengahnya terdapat goa. Indah sekali.
Kehijauan waduk Jatibarang |
Waduk Jatibarang |
Sampai di parkiran kami disambut oleh kawanan
monyet-monyet liar. Untungnya meskipun liar kawanan ini sudah terbiasa dengan
manusia. Monyet disini berekor panjang dengan ukuran yang termasuk kecil.
Membayar tiket masuk sebesar Rp. 7000, kami langsung menuruni anak
tangga. Setelahnya terdapat jembatan besar menuju ke goa. Objek wisata ini
masih dalam tahap pembangunan, masih banyak karyawan yang hilir mudik bekerja.
Tetapi itu tidak begitu menganggu para wisatawan yang sedang berkeliling.
menuju goa-goa |
Ada banyak pintu masuk goa tetapi ternyata
hanya satu yang alami selebihnya itu merupakan buatan. Goa buatan memiliki
ujung yang tidak teralu panjang tetapi goa yang alami sangat panjang dan gelap,
etahlah goa ini ada ujungnya atau tidak. Aku tidak berani untuk berjalan lebih
dalam. Karna di dalam goa itu terasa sangat dingin dengan gelap yang mencekam,
belum lagi dengan banyak sesajen dengan aroma bunga-bunga yang semakin membuat
suasana mistis.
Gambar dari dalam goa melihat waduk. |
Kehijauan dari pohon dan air waduk |
Setelah puas berkeliling dan mengambil
beberapa foto-foto, kami menuju ke warung yang berada di dekat parkiran. Kami
bertanya-tanya kepada pemilik warung tersebut. Dikatakan bahwa sampai sekarang memang masih banyak
yang melakukan pertapaan di dalam goa tersebut dan akan bisa lebih ramai lagi ketika
menjelang hari-hari raya dan juga hari besar jawa, seperti; lebaran,
satu suro, tahun baru islam, dan lain-lain. Katanya goa ini memiliki akses
langsung menuju Masjid Agung Jawa Tengah tetapi hanya orang-orang pintar yang
dapat melakukannya.
Beliau juga sempat menyingung masalah populasi monyet yang semakin berkurang, dikarenakan habitatnya yang mau tidak mau rusak akibat pembangunan waduk. Aku terenyuh, dibalik kemajuan pembangunan tanpa sadar berakibat pada kerusakan ekosistem meskipun dalam ruang lingkup kecil. Sebagai saran saja untuk pemerintah kenapa tidak sekalian saja Goa Kreo ini dijadikan cagar alam agar tetap monyet-monyet dapat hidup dengan layak dan tidak mengurangi nilai keindahan dari objek wisata ini.
Demikian cuplikan cerita beserta gambar yang aku ambil dari Goa Kreo.
Selamat berkunjung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar