Sabtu, 22 November 2014

Goa Kreo

    Sekitar bulan Agustus kemarin aku bersama dengan seorang teman berencana untuk bertamasya ke Goa Kreo. Kami yang sama-sama buta akan kota Semarang tetap pergi dengan bermodalkan Google MapsDi tengah perjalanan ada tiang petunjuk wisata berwarna coklat berada di pinggir jalan tetapi itu tidak membantu untuk bisa mencapai ke tempat wisatanya. Itu dibuat seakan hanya untuk formalitas. Kami memang sampai di tempat tujuan, meskipun sempat nyasar dan bertanya kepada penduduk sekitar. Memang kita bisa dimabukkan dengan kecanggihan teknologi tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kita masih akan menggunakan cara-cara lama.
    Pertama kali kami sampai bukan di pintu utama jalan masuk Goa Kreo tetapi kami masuk dari pintu masuk waduk Jatibarang. Meski di depan gerbang pintunya bertuliskan “Selain karyawan dilarang masuk!” kami tetap mendekati. Terlihat ada seorang penjaga yang kebetulan berbaik hati memperbolehkan kami masuk melewatinya.

Jalan dari pintu masuk karyawan menuju Goa Kreo
    Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang ini berada di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Kami takjub melihat keindahan dari kawasan ini, dengan waduk yang besar dan ditengahnya terdapat goa. Indah sekali.
Kehijauan waduk Jatibarang


Waduk Jatibarang
   Sampai di parkiran kami disambut oleh kawanan monyet-monyet liar. Untungnya meskipun liar kawanan ini sudah terbiasa dengan manusia. Monyet disini berekor panjang dengan ukuran yang termasuk kecil. 
   Membayar tiket masuk sebesar Rp. 7000, kami langsung menuruni anak tangga. Setelahnya terdapat jembatan besar menuju ke goa. Objek wisata ini masih dalam tahap pembangunan, masih banyak karyawan yang hilir mudik bekerja. Tetapi itu tidak begitu menganggu para wisatawan yang sedang berkeliling.
menuju goa-goa
    Ada banyak pintu masuk goa tetapi ternyata hanya satu yang alami selebihnya itu merupakan buatan. Goa buatan memiliki ujung yang tidak teralu panjang tetapi goa yang alami sangat panjang dan gelap, etahlah goa ini ada ujungnya atau tidak. Aku tidak berani untuk berjalan lebih dalam. Karna di dalam goa itu terasa sangat dingin dengan gelap yang mencekam, belum lagi dengan banyak sesajen dengan aroma bunga-bunga yang semakin membuat suasana mistis.
Gambar dari dalam goa melihat waduk.

Kehijauan dari pohon dan air waduk

    Setelah puas berkeliling dan mengambil beberapa foto-foto, kami menuju ke warung yang berada di dekat parkiran. Kami bertanya-tanya kepada pemilik warung tersebut. Dikatakan bahwa sampai sekarang memang masih banyak yang melakukan pertapaan di dalam goa tersebut dan akan bisa lebih ramai lagi ketika menjelang hari-hari raya dan juga hari besar jawa, seperti; lebaran, satu suro, tahun baru islam, dan lain-lain. Katanya goa ini memiliki akses langsung menuju Masjid Agung Jawa Tengah tetapi hanya orang-orang pintar yang dapat melakukannya.
   Beliau juga sempat menyingung masalah populasi monyet yang semakin berkurang, dikarenakan habitatnya yang mau tidak mau rusak akibat pembangunan waduk. Aku terenyuh, dibalik kemajuan pembangunan tanpa sadar berakibat pada kerusakan ekosistem meskipun dalam ruang lingkup kecil. Sebagai saran saja untuk pemerintah kenapa tidak sekalian saja Goa Kreo ini dijadikan cagar alam agar tetap monyet-monyet dapat hidup dengan layak dan tidak mengurangi nilai keindahan dari objek wisata ini.


Demikian cuplikan cerita beserta gambar yang aku ambil dari Goa Kreo. 
Selamat berkunjung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar