Rabu, 15 Juni 2016

Gedong Kirtya

    Tempat ini merupakan museum dan perpustakaan yang menyimpan berbagai macam lontar-lontar yang berisikan tentang banyak hal. Aku berkesempatan ke tempat ini saat mengadakan studi lapangan dari kampus. Menyenangkan sekali, belum lagi para petugasnya yang ramah dan bisa ditanyai banyak hal. 

Sejarah Singkat
     Sastra daerah Bali dan Lombok yang sudah diwarisi semenjak turun temurun oleh leluhur kita, ditulis pada laun lontar dan lontar-lontar ini perlu diselamatkan dan dipelihara. Oleh sebab itulah naskah-naskah yang sangat berguna dibidang keilmuan itu semenjak Belanda hingga kini tersimpan baik di Gedong Kirtya Singaraja.
     Untuk memperingati jasa-jasa dua orang cendikiawan Belanda, yaitu; F A Liefrinck dan Dr. Van Der Tuuk yang telah mempelopori penyelidikan Kebudayaan Adat-istiadat dan Bahasa di Bali, oleh salah seorang wakil pemerintah Bali (Residen Bali dan Lombok) dan juga seorang cendikiawan Belanda yang bernama L J J Caron, terselenggaralah pertemuan di Kintamani yang melahirkan sebuah Yayasan (stiching) tempat penyimpanan lontar (Pustaka Lontar) atau manuscript (MSS), digalang oleh Dr. R Ng Purbacaraka, Dr. W R Stuterheim, Dr. R Gorris, Dr. Th Pigeand, Dr. C Hooykaas dan sebagai petugas aktif adalah para Pinandita dan Raja-raja se-Bali serta merta membantunya dalam bidang moril dan materiil. 
    Yayasan ini dapat dianggap miniatur Asiatic Seciety untuk daerah Bali Lombok dilengkapi dengan koleksi MSS dan benda-benda kesenian serta penerbitan-penerbitan berkala dari sarjana-sarjana yang mengadakan riset tentang seluk beluk mengenai Bali. Gedungnya didirikan di Singaraja karena pada wakti itu Singaraja sebagai ibu kota pulau Bali.
    Gedung peringatan ini mula-mula diberi nama; Stichting Liefrinck Van der Tuuk. Tetapi atas saran Raja Buleleng I Gusti Putu Jlantik ditambah dengan perkataan Sansekerta-Bali "Kirtya Liefrinck Van der Tuuk" yang didirikan tanggal 2 Juni 1928 di Singaraja dan dibuka untuk umum tanggal 14 September 1928. 
    Tanggan pembukaannya menurut tahun Ishaka yang dipakai di Bali diperlihatkan dengan sebuah Monogram atau Candra Sengkala yang dipahat pada pintu masuk (Paduraksa). Berlukiskan manusia yang menaiki gajah dengan busur panah ditangannya,kemudian membunuh musuhnya dan orang yang kena panah itupun mati. Nilainya sebagai berikut; Manusia (1), Gajah (8), Panah (5), dan orang mati nilainya (0) jadi kalau dibaca tahun Ishakannya adalah Ishaka 1850.


Kegiatan
    Kegiatan Yayasan dimulai sejak Desember 1930 oleh sarjana-sarjana Belanda dan dibantu oleh kaum cerdik pandai yang berasal dari Bali. Buku yang telah berhasil diterbitkan antara lain berupa; Buletin (Mededeelingen), Kidung (Pamancangah) diterbitkan dengan huruf latin serta ulasannya oleh Dr. C C Berg, Oudheden van Bali oleh Dr. W R Sutterheim yang merupakan penerbitan perdana Kirtya.

Jumlah koleksi Lontar 1750 cakep, Salinan Lontar 7211 judul, Buku 8490 judul, semuanya disusun berdasarkan kelompok (klasifikasi), diantaranya:
I. Weda
a. Weda, weda-weda yang ada di Bali, memakai bahasa Sansekerta, Jawa Kuno dan Bali.
b. Mantra, menurut perkembangannya berasal dari Jawa dan Bali.
c. Kalpasastra (Ritnalia), berisi tentang manfaat upacara-upacara keagamaan.
II. Agama
a. Palakerta, berisikan tentang peraturan seperti; Dharmasastra, Kertasima, dan Awig-awig.
b. Sesana, buku petunjuk tentang kesecian moral.
c. Niti, berisikan tentang hukum maupun perundang-undangan yang dipergunakan pada jaman kerajaan.
III Wariga
a. Wariga (Astrologiesche Warken), pengetahuan tentang astronomi dan astrologi.
b. Tutur (Onderricht), berasal dari upadesa pengetahuan tentang kosmos erat hubungannya dengan keagamaan.
c. Kanda, (Handboeken), tentang ilmuu bahasa, bangunan, mitologi, dan ilmu pengetahuan khusus.
d. Usada, rontal pengobatan tradisional.
IV Itihasa
a. Parwa, disusun dalam bentuk prosa.
b. Kekawin, disusun berdasarkan maat India Kuno.
Sumber: Pamflet Gedong Kirtya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar